SALAM KENAL

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Terima kasih sudah mampir ke blog yang sederhana ini.salam sejahtera untuk anda dari saya, dan jangan lupa beri komentar yaaah...

Muslim

BAGAIMANA UPAYA UMAT ISLAM MAJU ???
Kemajuan adalah kejayaan dimensi fisik ragawi. Kemajuan adalah perkembangan kesadaran manusia. Revolusi cara berpikir yang selaras dengan mekanisme hukum alam (sunnatullah).

Manusia boleh mengaku hebat, benar, suci, ramah, toleran. Tapi kenyataan akan menjawab apakah pengakuan itu terbukti atau tidak. Umat Islam boleh berteriak agama Islam sebagai ajaran yang benar. Tapi kenyataan yang akan menguji di lapangan. Bukan jumlah penganutnya yang akan membuktikan. Bukan lancangnya teriakan Allahu Akbar yang akan membuktikan. Tapi adalah apakah yang diteriakan itu selaras dengan kenyataan atau tidak. Teruji sepanjang waktu atau tidak.

Kenyataan adalah hakim terakhir yang tidak bisa dibantah. Dan mediumnya adalah WAKTU dan ZAMAN.

Mahkluk apa itu kenyataan?

Itulah yang disebut dengan HUKUM ALAM. Sunnatullah.

Alquran menyatakan “Sekali-kali Aku (Tuhan) tidak akan merubah sunnahku (hukum alam)”.

Itu janji Tuhan. Sebagai bukti Kemahaadilan Tuhan.

Sebagai bukti netralitas Tuhan yang tidak memihak.

Siapa yang bisa hidup dan berkembang selaras dengan hukum alam,

maka itulah yang akan maju, damai dan sejahtera.

Umat Islam bisa sholat minta hujan 2000 rakaat dalam sehari. Bisa berdoa 2 juta kali dalam 1 jam. Tapi jika tidak bisa mengolah hukum fisika tentang proses menggumpalnya uap air yang menebal menjadi awan hitam, kemudian mencair menjadi air pada suhu tertentu, maka hujan pun tidak akan turun. Tapi tanpa do’a tanpa menjerit pada Tuhan, tapi mampu merekayasa gejala hukum alam dengan ilmu fisika, maka hujan buatan pun bisa terjadi.

Selagi aksi, selagi tindakan, selagi stimulus yang dilakukan manusia sejalan dengan mekanisme hukum alam, maka secara matematis hasil yang diinginkan bisa terjadi. Itu janji Tuhan. Hukum alam adalah sunnahnya. KetentuanNya yang tidak bisa dibantah, sepanjang waktu sepanjang zaman.

Air tetap mendidih pada 100 derajat Celsius. Api tetap membakar. Air tetap mengalir mencari tempat terendah. Ini janji Tuhan.

Atas kepastian janji Tuhan itulah dimungkinkan adanya Ilmu Pengetahuan. Tapi jika Tuhan tidak konsisten, maka ibu-ibu rumah tangga akan stress kenapa air yang dimasaknya selama 5 jam dengan kompor gas stelan api maximal tidak mau mendidih lagi.

Sejuta do’a minta ketenangan pada Tuhan bisa saya lakukan dalam 1 hari. Tapi jika saya tidak mampu mengelola hati dan pikiran, saya akan tetap gelisah. Bahkan bisa jatuh pingsan pada saat berdoa karena kecamuk pikiran dan kegelisahan yang tidak sanggup saya kendalikan. Mulut bisa membaca 25 Juz ayat Alquran, tapi jika hati dan pikiran tidak selaras dengan mekanisme hukum alam, maka ayat-ayat itu tidak akan menjelma menjadi jimat untuk merubah kenyataan.

Ingin maju dan berkembang secara fisik ragawi, hukum fisika kimia jawabannya. Ingin sukses dalam prestasi, hukum motivasi dan managemen jawabannya. Ingin tenang damai dalam hati, hukum alam di bidang pikiran dan kejiwaan obatnya.

Siapa itu yang bekerja dibalik semua fakultas hukum alam?

Itulah sunnatullah. Tuhan berada dibalik semua itu. Dan itulah ISLAM dalam pengertian yang sebenarnya. Nilai-nilai Kebenaran Universal, yang menyusup internal dalam hukum alam. Abstrak Universal. Implisit dalam penampakan alam.

Agama Islam, yang dijalankan oleh umatnya, tidak akan berkembang JIKA

Umatnya tidak bisa hidup dan berprestasi selaras dengan hukum alam. Tapi kaum Atheis, tanpa menyebut nama Tuhan bisa membangun perdaban dan kejayaan yang gemilang. Karena kenyataannya mereka gigih berusaha menempa diri mengolah sumber daya alam. Mereka gigih melakukan penelitian dan eksperimen tiada henti. Dan pada hakikinya, mereka mengamalkan isyarat Islam tanpa nama. Tanpa slogan agama.

Benarkah agama Islam atau Umat Islam akan menang dan berjaya dalam kehidupan? Seperti yang banyak dan selalu dilontarkan dalam kotbah agama? Dalam konteks ini itu hanya slogan. Hanya dongeng untuk menghibur diri secara kolektif.

Kemajuan, perkembangan, tidak bisa dibangun dengan slogan. Tidak bisa dibangun dengan sugesti. Tidak akan pernah menjadi nyata dengan morfin psikologis. Tapi membangun perkembangan dan kemajuan adalah dengan tindakan nyata. Dengan Ilmu Pengetahuan. Karena campur tangan Tuhan, karena pertolongan Tuhan, tersembunyi dibalik sebuah usaha nyata. Dibalik kecerdasan menggali dan membangun Ilmu Pengetahuan. Bukan dengan tiarap ke balik sajadah atau bersembunyi di balik gua kesunyian, untuk meratap pada Tuhan.

Masa depan agama Islam,

Masa depan Umat Islam hanya ada pada penggalian tiada henti terhadap segala sisi mekanisme hukum alam. Baik secara fisik-ragawi maupun secara psikis-psikologis.

Sudah saatnya Umat Islam membuka diri dengan etos kerja kaum sekuler dan Atheis dalam konteks kemajuan. Sudah saatnya umat Islam membakar selimut dogmatismenya. Agar utopia agama Islam pasti menang bisa diganti dengan etos kerja nyata. Yang realistis dan progresif.

Sudah saatnya umat Islam tidak lagi mistifikatif dalam berpikir.

Sudah saatnya umat Islam menghayati nilai-nilai ISLAM UNIVERSAL itu implisit dalam mekanisme hukum alam.

Jika tidak, agama Islam hanya akan menjadi DONGENG sejarah.

Jumlah umat yang banyak hanya akan menjadi tumpukan sampah yang tidak memberi arti pada peradaban dunia, pada peradaban agama Islam itu sendiri. Melainkan hanya tinggal utopia, tinggal nostalgia psikologis yang tidak akan pernah menjadi NYATA.


Ust Ferry Muzakky. Lc









PROFIL PERIBADI MUSLIM
Al-Qur'an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah saw yang harus selalu dirujuk oleh


setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan peribadi muslim. Peribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur'an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, peribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.
Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah peribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus ada pada peribadi seorang muslim. Oleh karena itu standard peribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah merupakan sesuatu yangwajib dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan peribadi muslim.
Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang mesti ada pada peribadi seseorang muslim.
1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang sepatutnya ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam' (QS 6:162).
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da'wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul Ibadah.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: 'shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.' Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq.
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung' (QS 68:4).
4. Qowiyyul Jismi.
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesiatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sering sakit. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah saw bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat lebih aku cintai daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.' Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Dapat kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
6. Mujahadatul Linafsihi.
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun Ala Waqtihi.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: 'Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.' Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, rehat sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi.
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya penerusan dan berilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun Alal Kasbi.
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan kekuasaan (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru boleh dilaksanakan bilakala seseorang memiliki kekuasaan, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umrah, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur'an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kekuasaan inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Nafi'un Lighoirihi.
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksima agar dapat bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits, sesuatu yang perlu kita renungkan pada diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut